Sebuah helikopter remot kontrol berhasil diterbangkan dengan menggunakan
kekuatan pikiran manusia. Prestasi ini dicapai oleh peneliti Amerika
Serikat yang berharap mengembangkan robot masa depan yang dapat membantu
memulihkan kemandirian orang-orang yang lumpuh maupun mereka yang
menderita gangguan neurodegenerativ.
Menurut Profesor Bin He dari University of Minnesota, ini pertama kalinya manusia mampu mengendalikan pesawat dari robot terbang dengan menggunakan pikiran mereka. Lima orang yang terlibat dalam tim penelitian ini berhasil mengendalikan helikopter empat bilah yang dikenal sebagai quadcopter. Heli mini ini terbang dengan kecepatan rata-rata pada garis lurus 0,69 meter per detik.
Subyek pengontrol heli menempatkan diri di depan layar yang akan menyampaikan gambar penerbangan quadcopter melalui kamera on-board. Ini memungkinkan tim untuk melihat ke arah mana heli ini bergerak.
Sinyal otak dicatat menggunakan electroencephalography (EEG) dan dikirim ke quadcopter melalui WiFi. Subjek diminta untuk membayangkan menggunakan tangan kanan, tangan kiri maupun kedua tangan secara bersama-sama. Tiap pikiran ini pada gilirannya akan menginstruksikan quadcopter untuk berbelok ke arah kanan, kiri, mengangkat maupun jatuh.
Sekelompok subjek pengendali juga mengarahkan quadcopter dengan menggunakan keyboard sebagai percobaan kontrol. Ini digunakan sebagai perbandingan antara metode standar dengan kontrol otak.
"Pada studi sebelumnya menunjukkan bahwa manusia bisa mengendalikan helikopter virtual menggunakan pikiran mereka," kata Profesor He. Penelitian selanjutnya akan mencari cara untuk mengaitkan pendengaran, penglihatan dan gerakan lainnya dengan pendekatan ini.
Menurut Profesor Bin He dari University of Minnesota, ini pertama kalinya manusia mampu mengendalikan pesawat dari robot terbang dengan menggunakan pikiran mereka. Lima orang yang terlibat dalam tim penelitian ini berhasil mengendalikan helikopter empat bilah yang dikenal sebagai quadcopter. Heli mini ini terbang dengan kecepatan rata-rata pada garis lurus 0,69 meter per detik.
Subyek pengontrol heli menempatkan diri di depan layar yang akan menyampaikan gambar penerbangan quadcopter melalui kamera on-board. Ini memungkinkan tim untuk melihat ke arah mana heli ini bergerak.
Sinyal otak dicatat menggunakan electroencephalography (EEG) dan dikirim ke quadcopter melalui WiFi. Subjek diminta untuk membayangkan menggunakan tangan kanan, tangan kiri maupun kedua tangan secara bersama-sama. Tiap pikiran ini pada gilirannya akan menginstruksikan quadcopter untuk berbelok ke arah kanan, kiri, mengangkat maupun jatuh.
Sekelompok subjek pengendali juga mengarahkan quadcopter dengan menggunakan keyboard sebagai percobaan kontrol. Ini digunakan sebagai perbandingan antara metode standar dengan kontrol otak.
"Pada studi sebelumnya menunjukkan bahwa manusia bisa mengendalikan helikopter virtual menggunakan pikiran mereka," kata Profesor He. Penelitian selanjutnya akan mencari cara untuk mengaitkan pendengaran, penglihatan dan gerakan lainnya dengan pendekatan ini.
Sumber : Tempo
