Medan sebagai kota besar ketiga di Indonesia, pasti tidak lepas dari banyaknya aliran gaya hidup yang masuk ke dalamnya. Keberadaan komunitas anak punk Medan adalah salah satu bukti betapa banyaknya gaya hidup yang mulai berkembang di kota Medan. Tidak bisa dipungkiri memang keberadaan komunitas anak punk di Medan yang sudah sejak lama tumbuh. Mereka memiliki beberapa komunitas dengan berbagai nama tapi dengan tujuan yang sama yaitu menjunjung tinggi gaya hidup punk entah itu gaya berpakaian ataupun selera musik cadasnya.
Gaya berpakaian mereka yang identik dengan gaya urakan, sering kali membuat masyarakat resah. Mereka sering dianggap sampah masyarakat yang tidak berguna dan hidupnya hanya untuk foya-foya saja. Padahal selain sisi negative yang terlihat dari luar, ada beberapa hal yang bisa dijadikan pembelajaran dari mereka.
Gaya berpakaian mereka yang identik dengan gaya urakan, sering kali membuat masyarakat resah. Mereka sering dianggap sampah masyarakat yang tidak berguna dan hidupnya hanya untuk foya-foya saja. Padahal selain sisi negative yang terlihat dari luar, ada beberapa hal yang bisa dijadikan pembelajaran dari mereka.
Keberadaan anak punk Medan bisa dikatakan sudah memiliki umur yang tidak muda lagi. Perkembangan gaya hidup yang memiliki ciri khas tersendiri ini sudah sejak lama mulai menampakkan geliatnya.
Tercatat ada beberapa komunitas anak punk di Medan seperti Freedom Fighter Collective, Juanda Squad, Sutomo Crew, Pada Bulan Squad, Griya Squad, Ahanda Crew, Aksara Squad, Titikuning Squad, Helvet Squad dan masih banyak yang lainnya dan belum menampakkan dirinya. Beberapa komunitas ini keberadaannya menyebar di seluruh penjuru kota Medan. Rata-rata mereka memiliki markas tersendiri untuk berkumpul dan melakukan aktivitas lainnya.
Komunitas anak punk Medan rupanya tetap menjunjung tinggi motto hidup anak punk di seluruh dunia yaitu DIY yang memiliki kepanjangan arti “Do It Yourself”. Arti dari motto itu bukan hanya mengerjakan semuanya sendiri dalam artian mandiri atau kebebasan, tapi lebih luas ke arti memiliki kebebasan dalam berpelilaku tapi memiliki tanggung jawab. Rasa tanggung jawab di sini diartikan sebagai tanggung jawab untuk persatuan semua golongan anak punk dan tidak membuatnya terkotak-kotak karena perbedaan. Semua setara dan tidak ada yang membedakan mereka satu sama lainnya.
Ada banyak kegiatan anak punk Medan yang dilakukan. Kegiatan itu kebanyakan memang dilakukan untuk mencari uang sebagai bekal agar komunitas mereka tetap bergerak. Yang lebih salut lagi mereka tidak meminta-minta kepada pemerintah atau orang lain. Mereka berusaha sendiri untuk mendatangkan uang, sama seperti motto mereka yaitu do it yourself. Setiap dari komunitas itu biasanya memiliki band dengan genre punk. Untuk menyebarluaskan lagu-lagu yang mereka ciptakan, dilakukan dengan merekamnya tanpa bantuan orang lain alias dari komunitas mereka sendiri. Setelah tercipta, mereka biasanya menjualnya di dalam distro khusus anak punk yang mereka bentuk sendiri juga. Di distro itu mereka menjual berbagai aksesoris punk untuk para penggemarnya.
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bukan bahwa anak punk Medan tidak hanya berbuat anarki saja. Di balik keanehan mereka, dapat kita ambil pelajaran bahwa untuk hidup memang harus belajar mandiri tanpa mengandalkan relasi ataupun yang lainnya. Do it yourself!
Tercatat ada beberapa komunitas anak punk di Medan seperti Freedom Fighter Collective, Juanda Squad, Sutomo Crew, Pada Bulan Squad, Griya Squad, Ahanda Crew, Aksara Squad, Titikuning Squad, Helvet Squad dan masih banyak yang lainnya dan belum menampakkan dirinya. Beberapa komunitas ini keberadaannya menyebar di seluruh penjuru kota Medan. Rata-rata mereka memiliki markas tersendiri untuk berkumpul dan melakukan aktivitas lainnya.
Komunitas anak punk Medan rupanya tetap menjunjung tinggi motto hidup anak punk di seluruh dunia yaitu DIY yang memiliki kepanjangan arti “Do It Yourself”. Arti dari motto itu bukan hanya mengerjakan semuanya sendiri dalam artian mandiri atau kebebasan, tapi lebih luas ke arti memiliki kebebasan dalam berpelilaku tapi memiliki tanggung jawab. Rasa tanggung jawab di sini diartikan sebagai tanggung jawab untuk persatuan semua golongan anak punk dan tidak membuatnya terkotak-kotak karena perbedaan. Semua setara dan tidak ada yang membedakan mereka satu sama lainnya.
Ada banyak kegiatan anak punk Medan yang dilakukan. Kegiatan itu kebanyakan memang dilakukan untuk mencari uang sebagai bekal agar komunitas mereka tetap bergerak. Yang lebih salut lagi mereka tidak meminta-minta kepada pemerintah atau orang lain. Mereka berusaha sendiri untuk mendatangkan uang, sama seperti motto mereka yaitu do it yourself. Setiap dari komunitas itu biasanya memiliki band dengan genre punk. Untuk menyebarluaskan lagu-lagu yang mereka ciptakan, dilakukan dengan merekamnya tanpa bantuan orang lain alias dari komunitas mereka sendiri. Setelah tercipta, mereka biasanya menjualnya di dalam distro khusus anak punk yang mereka bentuk sendiri juga. Di distro itu mereka menjual berbagai aksesoris punk untuk para penggemarnya.
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bukan bahwa anak punk Medan tidak hanya berbuat anarki saja. Di balik keanehan mereka, dapat kita ambil pelajaran bahwa untuk hidup memang harus belajar mandiri tanpa mengandalkan relasi ataupun yang lainnya. Do it yourself!
Sumber : Cerita Medan